Header AD

header ads

Guru dan Murid


Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Dalam ayat ini paling tidak disinggung guru dan murid. By. J.Muanley,M.Th.
Ayat ini dalam konteks paradigma misi/penginjilan dipahami sebagai Amant Agung. Dalam dalam konteks Pendidikan Kristen, saya memahaminya sebagai Instruksi Teragung dari Sang Guru Agung kepada para pendidik Kristen sepanjang zaman, di manapun, kapanpun, berada dalam instruksi ini. Mengajar adalah memberi instruksi yang jelas kepada pendengar (murid/siswa/peserta didik/mahasiswa/anggota jemaat) akan apa yang hendak dilakukan. Instruksi Yesus dalam teks ini sangat jelas, "Jadikanlah sekalian bangsa menjadi murid-Ku". Frasa ini didahului dengan kata "pergi". Yesus dari kota ke kota dan dari desa ke desa, kota ke desa, desa ke kota untuk "mengajar" dan memberitakan Injil Kerjaan Allah dan melenyapkan segala kelemahan (mujizat-mujizad kesembuhan: orang yang dirasuk setan, disembuhkan, yang tuli mendengar, yang buta melihat). Yesus melakukan tiga hal: (1) Mengajar/berdidaktik, (2) memberitakan (kerusso), (3) melenyapkan kelemahan/kesembuhan (bagian ini lebih banyak terasa dalam diri kaum awam, saudara-saudara kita Pentakosta, Kharismatik, orang-orang yang terlibat dalam Persekutuan Doa: Mereka berdoa dalam nama Yesus dan orang yang didoakan sembuh, yang lumpuh disembuhkan dalam kuasa doa berdasarkan nama Yesus). Nama ini sangat ajaib, akan tetapi banyak yang tidak suka nama Yesus, orang Kristen kadang enggan menyebut nama ini ketika ada dalam komunitas keyakinan lain, pendekatan biasanya teosentris (hanya menyebut nama TUHAN). Saya pernah memikirkankan: Apakah ada orang yang memiliki pengalaman berdoa dalam nama Tuhan setan atau penyakit disebuhkan? Akan tetapi yang saya tau dan alami biasanya orang sering menengking setan atau mendoakan orang lumpuh "dalam nama Yesus" jarang dalam nama Tuhan. Mungkin perlu eksperimen dua kelompok. Satu kelompok memakai nama Tuhan untuk mendoakan orang yang dirasuk setan atau penyakit tertentu, sedangkan satu kelompok lagi menggunakan "nama Tuhan Yesus". Mungkin kelompok kedua akan menyampaikan hasil mereka bahwa banyak terjadi mujizat ketika memakai nama Yesus, sedangkan kelompok yang menggunakan nama Tuhan, mungkin akan berkata tidak ada perubahan apa-apa tehadap orang sakit.
Kembali pada Instruksi Yesus dalam Matisu 28. Yesus memberi instruksi: (1) Pergi, (2) Jadikanlah sekalian bangsa menjadi urid Yesus, (3) Ajarlah mereka melakukan apa yang Yesus perintahkan. Dalam ayat ini jelas nampak bahwa "mengajar" adalah tugas yang diamanatkan oleh Yesus Kristus. Oleh karena mengajar adalah tugas yang diamanatkan Yesus maka "mengajar" adalah tugas yang termulia. Mengajar adalah tugas gereja. Bukan hanya khotbah. Sering khotbah mendapat tempat yang teratas, seakan-akan panggilan berkhotbahlah yang merupakan satu-satunya panggilan teragung dari Yesus Kristus, suatu panggilan dari Yesus Kristus yang sakral dari tugas lain seperti mengajar. Khotbah demikian dianggap panggilan yang mulia dan meleksanakan kehendak Allah oleh karena itu yang berkhotbah 30 - 100 menit mendapat penghargaan yang lebih terhormat dari Guru/dosen yang mengajar isi Alkitab dalam waktu 50 - 100 menit (2 SKS), atau 150 menit untuk 3 SKS dan diberi penghargaan ala kadarnya, sering dipakai istilah "persembahan kasih". Khotbah dan Mengajar adalah dua tugas yang sama, mestinya sama-sama dihargai dengan penghargaan yang pantas. Khotabah terjadi monolog, tidak ada pertanyaan, tidak membuat RPP, Silabus, Materi Ajar, membuat soal ujian dan mengoreksi soal tetapi ya antara 50 - 150 menit sering dihargai dengan apa adanya.
Jadi, mengajar dan khotbah adalah dua tugas yang sama dan harus dihargai secara wajar.

Matius 28 tidak hanya dilihat dalam perspektif misiologi dan pekabaran Injil tetapi dapat pula dipahami dalam perspektif didaktik. Dalam perspektif didaktik, saya hendak menegaskan bahwa Yesus memberi INSTRUKSIONAL kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Jadi hidup ini adalah hidup dalam instruksi Guru Agung yaitu Yesus Kristus. Inilah Instruksional Agung dari Guru Agung dengan sasaran INSTRUKSIONAL ILAHI yaitu agar murid-murid-Nya (Gereja: baca kita) mampu menjadikan orang lain menjadi "MURID YESUS KRISTUS. Ingat ini bukan Kristenisasi. Tidak ada gunanya Kristenisasi, orang datang kepada Tuhan karena kehendak-Nya. Jangan memaksa orang lain untuk percaya pada Yesus. Jika orang lain dikehendaki TUHAN untuk percaya kepada Yesus maka sampai kapanpun ia akan percaya.



KEMAMPUAN MELAKSANAKAN INSTRUKSIONAL YESUS KRISTUS KARENA DITOPANG DENGAN KUASA DARI YESUS KRISTUS. BIAR ORANG LAIN MENGHINA DIA (YESUS) TETAPI BAGI KITA YANG PERCAYA: DALAM NAMA YESUS ADA KUASA.
Jika ada yang tidak percaya kuasa dalam nama Yesus, silakan mengadakan riset Kualitatif terhadap sejumlah orang Kristen yang mengalami pengalaman kuasa dalam nama Yesus. Datangilah mereka yang punya pengalaman mendoakan orang dalam nama Yesus dan sembuh, datangilah orang yang mendoakan orang kerasukan setan hanya dalam nama Yesus dan sembuh. Masih banyak lagi.
Kata abang saya, apapun kata orang (hinaan orang lain ttg Yesus) yang penting baginya: Dalam nama Yesus terjadi perubahan: yang sakit sembuh, yang lumpuh berjalan, yang tuli mendengan hanya karena didaokan dengan menyebut “Dalam Nama Tuhan Yesus” sembuh.

Guru dan Murid Guru dan Murid Reviewed by Yonas Muanley on 2:39 AM Rating: 5

No comments

Post AD

home ads